Breaking News
Join This Site
Martabat Seorang Penghulu

Martabat Seorang Penghulu


Seorang yang telah diangkat menjadi Penghulu oleh kaum anak kemenakannya, akan berwibawa dan disegani kalau dia sebagai seorang pemimpin lebih bisa memimpin dirinya sendiri yang dapat dicontoh dan ditauladan oleh masyarakat anak kemanakan yang dipimpinnya dalam segala tingkah laku dan perbuatannya.

Penghulu atau pemimpin yang demikian akan merupakan pemimpin yang dicintai oleh anak kemenakan dan masyarakatnya. Maka dalam ajaran adat Minangkabau perlu pemimpin itu dilengkapi dengan ketentuan-ketentuan yang mengangkat martabat dan prestise penghulu tersebut, yaitu :

1. Ingek dan Jago pado Adat

Ingek di adat nan ka rusak
Jago limbago jan nyo sumbiang
urang inget pantang Takicuah
Urang jago pantang ka malingan

Seorang Penghulu hendaklah selalu hati-hati dalam setiap tingkah laku dan perbuatannya yang akan merusak nama baik seorang penghulu atau pemimpin.

Hendaklah mencerminkan dalam setiap gerak dan perilaku seorang penghulu itu, sifat-sifat yang baik dan sempurna, umpama perkataannya, duduk, minum, makan, berjalan, berpakaian yang selalu dapat dicontoh oleh anak kemenakan dan masyarakatnya. Dia selalu ingat dan hati-hati bahwa dia adalah seorang pemimpin yang senantiasa diperhatikan dan dilihat oleh masyarakat. Baik budi, tutur dan kata yang lemah lembut, berani tanggung jawab dalam segala tindakan, jangan seperti kata gurindam :

Tinggi lonjak gadang galapua
Nan lago dibawah sajo
Baka ibarat ayam jantan
Bakukuak di nan tinggi
Gilo namuah kamanangan
Muluik kasa timbangan kurang
Gadang tungkuih tak barisi
Elok baso tak manantu.
Nan baiak umpamo buluah bambu
Nan batareh nampak kalua
Tapi di dalam kosong sajo

Mamakai cabuah sio-sio
Kecek gadang timbangan kurang
Kacak batih lah babatih
Kacak langan lah bak langan
Ereng jo gendeng tak bapakai
Baso basi jauah sakali
Malu sopan pun tak ado
Bicaro banyak suok-kida
Indak manunjuak ma-ajari

Penghulu yang demikian akan kehilangan harga diri dalam masyarakat dan tidak akan dihormati dan tidak akan berhasil dalam impiannya.

Patitih pamenan adat
Gurindam pamenan kato
Jadi pemimpin kok tak pandai
Rusak kampuang binaso kato.

2. Berilmu, Berfaham, Bermakrifat, Yakin dan Tawakal kepada Allah

Berilmu

Berilmu pengetahuan tentang rakyak yang dipimpinnya, tentang soko dan pusako, tentang korong kampuang dan halaman serta nagarinya. Berpengetahuan tentang hukum adat dan syarak, yang sagggup mengamalkannya dalam penyelesaian sengketa yang terjadi dalam lingkungan kaum dan nagarinya.

Berfaham
Merahasiakan apa yang patut dirahasiakan,

Indak ta-ruah bak katidiang
Indak ba-serak bak anjalai
Kok rundiang ba nan batin
Patuik ba-duo jan ba-tigo
Nan jan lahia di-danga urang

Bermakrifat
Mengamalkan rukun Islam yang lima, dengan tulus dan ikhlas dan selalu ingat kepada Allah swt dan meninggalkan segala larangan agama Islam, begitupun larangan Adat dan Undang-Undang.

Ilmu bak bintang bataburan
Faham haluih bak lauik dalam
Budi nan tidak kelihatan
Faham nan tidak namuah ta-gadai
Luruih bana dipegang sungguah.

3. Kayo dan Miskin pado Hati dan Kebenaran
Seorang penghulu hendaklah mempunyai kesanggupan mengarahkan anak kemenakannya kepada kebenaran. Dia akan berusaha membawanya kepada jalan yang baik dan benar, diminta atau tidak diminta oleh anak kemenakannya. Ia rendah hati dan pemurah dalam segala bentuk yang mengarah kepada kebenaran dan perbuatan-perbuatan yang baik, selalu memberi ajaran-ajaran yang baik dan berfaedah.

Sewaktu-waktu seorang penghulu perlu mempunyai sifat tegas dan bijaksana. Dia tidak akan mengambil suatu langkah dan tindakan sebelum diminta dan diperlukan. Dia tidak akan menyelesaikan suatu sengketa yang seharusnya tidak menjadi kewajibannya atau tidak pada tempatnya.

Elok nagari dek panghulu
Rancak tapian dek nan mudo
Kalau akan memegang hulu
Pandai mamaliharo puntiang jo mato.

4. Murah dan Mahal pado Laku dan Perangai yang Berpatutan
Seorang penghulu pandai bertindak pada saat dan waktunya, melihat kepada tempat dan keadaan, pandai menyesuaikan diri pada setiap tingkatan masyarakat, tidak merasa rendah diri pada pergaulan, hormat kepada orang tua, kasih pada anak-anak. Ia bisa berkelakar sewaktu-waktu dengan anak kemenakan dan masyarakat, mempunyai sifat terbuka dalam segala tindakan kepemimpinannya.

Ia selalu mentaati setiap keputusan yang telah diambil, sangat hati-hati dalam membikin dan mengucapkan janji pada seorang, rajin mengontrol anak kemenakan dalam segala bidang kehidupannya, mempunyai sifat yang tegas dan bijaksana dalam segala hal.

Malabiahi ancak-ancak
Mangurangi sio-sio
Bayang-bayang sapanjang badan
Man-jangkau sapanjang tangan

bajalan surang tak dahulu
Bajalan ba-duo tak ditangah
Hermat cermat dio selalu
Martabat nan anam tidaklah lengah.

5. Hermat dan Cermat Mangana Awa dan Akia
Selalu mengenal sebab dan akibat, dan mempertimbangkan mudharat dan manfaat dalam pekerjaan dan putusan yang akan dibuat. Mempunyai ketelitian yang sunguh-sunguh dalam perbuatan dan tindakan. Memperhitungkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi dalam masyarakat.

Indak mengelokan galah di kaki
Indak malabiahi lantai bake bapijak
Dek sio-sio nagari alah
Dek cilako hutang tumbuah

Mangana awa dengan akia
Mangana manfaat jo mudharat
Dalam awa akia membayang
Dalam kulik mambayang isi

cawek nan dari mandiangin
Dibao nak urang ka biaro
Takilek rupo dalam camin
inyo dibaliak itu pulo

6. Sabar dan Ridha Mamakai Sidik jo Tabalieh
Seorang penghulu selalu bersifat sabar dan lapang hati, tidak pemarah dan angkuh, pemaaf dalam segala ketelanjuran anak kemenakan dan masyarakat, mempunyai ketenangan dalam menghadapi segala hal.
Ia selalu memegang kebenaran, dan juga tetap mempertahankan kebenaran dan keadilan, bisa meyakinkan orang lain dan masyarakatnya dengan sesuatu yang dianggapnya benar dan baik. Dan dia pun sanggup melaksanakan apa yang dikatakannya baik dan benar itu.

Ia sabar dalam menghadapi segala sesuatu dalam masyarakat, baik kesulitan maupun bahaya yang menimpanya dan anak-kemenakannya. Dan ia senantiasa memusyawarahkan segala sesuatu yang akan diambil tindakan dan apa yang akan dilaksanakan dengan anak-kemenakannya.

Indak bataratak bakato asiang
Bukan mahariak mahantam tanah
Pandai batenggang di nan rumik
Dapek bakisa di nan sampik

Alah bakarih samparono
Bingkisan rajo Majopahik
Tuah basabab ba karano
Pandai batenggang di nan rumik.

Kalau martabat yang enam macam ini telah dapat dihayati oleh seorang penghulu dengan sebaik-baiknya, maka penghulu tersebut akan bisa menjadi penghulu yang benar-benar "gadang basa nan batuah" yang dikehendaki oleh adat Minangkabau dan yang diharapkan oleh anak-kemenakan dan masyarakat yang membesarkannya, dan akan bertemulah kehendak pepatah adat :

Kamanakan manyambah lahia
Mamak manyambah batin

Dengan mengamalkan secara sunguh-sunguh martabat seorang penghulu yang enam macam itu, terjauhilah seorang penghulu dari sifat-sifat yang sangat dibenci oleh ajaran adat, begitupun oleh pencipta adat Minangkabau, yakni ninik Dt. Parpatiah nan Sabatang dan Dt. Katumangguangan.

Nak cincin galang lah buliah
Nak ulam pucuak manjulai
Nak aia pincuran tabik
Sumua dikali aia datang
Dek licin kilek lah tibo
Dek kilek cayo lah datang
Ka jadi sasi bungo jo daun
Adat bajalan sandirinyo

Bumi sangang padi manjadi
Padi kuniang jaguang maupiah
Taranak bakambang biak
Anak buah sanang santoso

Sumber : Buletin Sungai Puar 16 Agustus 1986