Rumah Gadang merupakan ciri khas Rumah Adat Minangkabau (Sumatra Barat), yang berfungsi sebagai tempat tinggal keluarga besar dan pusat kegiatan orang yang sedarah dan seketurunan dari kerabat matrilinial baik kegiatan ekonomi dan sosial maupun kegiatan budaya, dikepalai oleh seorang tungganai (Mamak) dan sebagai syarat berdirinya suatu nagari di Minangkabau, dengan arsitektur bentuk atap bergonjong (berbentuk tanduk kerbau).
Rumah Gadang dibangun dengan bergonjong dimana semakin keatas semakin runcing, agar air mudah meluncur dan atap tahan lama walaupun terbuat dari injuk. Gonjong atap Rumah Gadang terdiri dua pola, yaitu gonjong Rumah Gadang Pola Koto Pialang (Aristokrat) terdiri dari 3 gonjong, 3 gonjong kanan , 1 gonjong depan dan 1 gonjong belakang , banyak terdapat di Luhak Tanah Datar. Sedangkan gonjong Rumah Gadang Pola Budi Caniago (Demokrat) terdiri 2 gonjong kanan, 2 gonjong kiri,1 gonjong depan dan 1 gonjong belakang, banyak terdapat di Luhak Agam Dan Luhak 50 Kota.
Rumah Gadang, sesuai dengan arsitektur ruangan dalam atau depan dengan lanjar (ruangan yang membujur dari depan ke belakang diantara tiang-tiang yang berderet), terbagi atas 3 tipe,yaitu :
* Lipat Pandan : Berlanjar dua, disebut dengan Rumah Gadang Rajo Babandiang.
* Belah Rebung : Berlanjar tiga ,disebut dengan Rumah Gadang Bapaserek/Surambi papek
* Gajah Maharam : berlanjar empat, disebut dengan Rumah Gadang Gajah Maharam.
Menurut letaknya, ruangan Rumah Gadang terdiri atas:
* Ruang depan : Merupakan ruang besar, dipakai sebagai ruang keluarga, rapat, menerima tamu dan sebagainya.
* Ruang tengah : Terdiri dari kamar-kamar, dipakai untuk kamar tidur penghuni wanita bersama suaminya.
* Ruang Anjungan : Bangunannya lebih tinggi dari ruang depan, sebelah kiri dan sebelah kanan dipakai untuk tempat wanita yang baru menikah.
* Ruang Belakang : Merupakan dapur tanpa kamar mandi dipancuran diluar Rumah Gadang.
Bentuk Rumah Gadang segi 4 , tidak sistematis, mengembang keatas , untuk menangkis terpaan angin kencang. Tinggi lantai 2 meter dari atas tanah, dulunya untuk menghindari binatang buas dan juga memelihara ternak dibawahnya dan loteng digunakan untuk menyimpan barang-barang (gudang).
Permukaan dinding depan Rumah Gadang penuh dengan tatanan ukiran-ukiran yang menarik dan setiap ukiran itu mempunyai arti sendiri dan mengandung filsafah Minangkabau "ALAM TAKAMBANG JADI GURU".
Jenis ukiran Rumah Gadang tersebut terdiri atas :
* Keluk Paku : Ditafsirkan anak dipangku kemenakan dibimbing.
* Pucuk Tebung : Ditafsirkan kecil berguna , besar terpakai.
* Seluk Laka : Ditafsirkan kekerabatan saling berkaitan.
* Jala : Ditafsirkan pemerintahan Bodi Caniago.
* Jerat : Ditafsirkan pemerintahan Koto Pialang.
* Itik pulang petang : Ditafsirkan ketertiban anak kemenakan.
* Sayat Gelamai : Ditafsirkan ketelitian.
* Sikambang manis : Ditafsirkan keramah tamahan.
Dinding belakang disebut Dinding Sasak, karena pada masa lalu terbuat dari bambu yang dianyam, dinding depan dan samping terbuat dari kayu serta diukir.
Berdirinya Rumah Gadang harus dilengkapi dengan Rangkiang atau Lumbung Padi, terletak dihalaman depan dan samping, yang berfungsi sosial dan ekonomi.
Bentuk dan jenis rangkiang / lumbung padi tersebut antara lain:
* Sitinjau Lauik :
Digunakan sebagai tempat menyimpan padi untuk dijual bagi keperluan bersama atau pos pengeluaran adat. Bentuknya langsing, bergonjong dan berukir dengan empat tiang, letaknya ditengah.
* Sibayau-bayau :
Digunakan untuk menyimpan padi makanan sehari-hari. Bentuknya gemuk, bergonjong dan berukir dengan 6 tiang letaknya dikanan.
* Sitangguang Lapa / Sitangka lapa :
digunakan untuk menyimpan padi untuk musim kemarau dan membantu masyarakat miskin. Bentuknya bersegi, bergonjong dan berukir dengan 4 tiang , letaknya sebelah kiri.
* Kaciak/kecil :
Digunakan untuk menyimpan padi bibit dan untuk biaya mengolah sawah. Bentuknya bundar, berukir dan tidak bergonjong, letaknya diantara ketiga rangkaian tersebut.
Kelengkapan bangunan Rumah Gadang lainnya adalah Tabuh Larangan, Lesung, Kincir, Pancuran dan Pedati. Halaman Rumah Gadang dilengkapi dengan puding berwarna kuning, puding warna perak, puding warna hitam dan batang kemuning sebagai pagar hidup.
Arsitek yang membangun Rumah Gadang yang pertama adalah seorang Cerdik Pandai Minangkabau yang bernama : Datuk Tan Tejo Gerhano, yang dimakamkan di Pariangan Kabupaten Tanah Datar dan makam tersebut dikenal dengan kuburan panjang yang punya keunikan tersendiri bahwa setiap kali diukur akan berbeda panjangnya.
Sumber : www.minangnet.com
Emoticon